poster film Raging Fire
Film, Review

Review Film Raging Fire (2021): Film Aksi Old-School yang ‘Memuaskan’

Film Raging Fire merupakan karya terbaru dari Donnie Yen dan Nicholas Tse membawa premis lama tentang polisi berdedikasi tinggi namun dikemas dengan apik demi memanjakan penggemar film aksi dengan cerita yang dibuat “marah”, intens, dan menegangkan. 

Film ini menceritakan tentang Cheung Sung-bong (Donnie Yen), seorang polisi yang dikenal memiliki dedikasi dan akan melakukan segala cara untuk menangkap penjahat sehingga membuatnya tak disukai oleh atasannya. Ia dikeluarkan dalam sebuah proses penyergapan peredaran obat terlarang yang akhirnya menewaskan sahabatnya.

Donnie Yen sebagai Sung-bong
via Emperor Film

Penyergapan tersebut dikacaukan oleh Yau Kong-ngo (Nicholas Tse) yang memimpin kelompok beranggotakan mantan polisi yang dipenjara karena dituduh melanggar aturan dalam sebuah operasi rahasia. Ngo yang merasa dikhianati bertekad untuk membalas polisi yang menuduhnya, termasuk Sung-bong yang turut memberikan kesaksian dalam proses sidang Ngo.

Sung-bong akhirnya mengetahui bahwa kelompok Ngo yang membunuh sahabatnya serta mengambil obat terlarang tersebut. Konfrontasi keduanya pun menghadirkan perseteruan akhir yang membabi buta di tengah perkotaan.

Premis lama dengan pengemasan apik

Film Raging Fire merupakan rangkaian full aksi dengan cerita yang padat dan atraktif di sepanjang film. Paduan yang susah ditemukan pada film-film terbaru yang hanya mengandalkan budget besar untuk CGI dan promosi besar-besaran tanpa memperhatikan isi film.

Membawa langganan aksi Donnie Yen dan Nicholas Tse, plot tersaji apik. Walaupun sebagian besar narasi bisa ditebak, tapi pengemasan yang menarik membuatnya menyenangkan untuk dinikmati walaupun durasinya bisa dibilang lega, lebih dari dua jam.

Nicholas Tse dan Donnie Yen dalam film Raging Fire
via Emperor Film

Umur tua memang tak menjadi penghalang bagi Donnie Yen dalam menghadirkan aksi kelas kakap tanpa harus bergantung pada CGI. Keseluruhan nuansa Raging Fire bahkan mengingatkan pada kelanjutan kisah Jackie Chan sebagai polisi legendaris Chan Kwok-wing dalam New Police Story (2004) yang menariknya juga dibintangi oleh Nicholas Tse.

Untuk masalah aksi maupun koreografi baku hantam, Donnie memang tak perlu diragukan lagi. Walaupun sebelumnya berada di ranah aksi komedi dengan Enter the Fat Dragon (2020). Tapi ada sekian detik momen awkward yang terlihat ketika ia melakukan adegan emosional. But in the end, he is one hell of badass wing chun legend.

Dibuat tegang hingga akhir

Kisah protagonis yang terus memperjuangkan idealismenya untuk selalu baik memang premis yang sudah lama. Tapi Benny Chan dan Donnie mampu menggodok premis usang menjadi film yang menyenangkan untuk dinikmati. Penuh adrenalin layaknya film aksi old-school lainnya.

Donnie Yen sebagai Sung-bong
via Emperor Film

Konsep balas dendam dari kelompok yang tersakiti membuat karakter Ngo terlihat semakin manusiawi. Menghadirkan villain yang mendapatkan simpati penonton. Karakter yang kompleks dan bahkan lebih kuat dibandingkan karakter utama.

Namun yang menjadi pemikat film ini tentulah kualitas koreografi pertarungan satu lawan satu dan adegan aksi yang intens dan menegangkan dari awal hingga akhir. Pertarungan yang dibuat mendekati nyata dan berdarah-darah, apalagi third act pamungkas yang memuaskan.

Atensi terhadap detail pun terasa di mana bekas-bekas pertarungan masih tersisa paska pertarungan. Apalagi adegan emosional saat Sung-bong memperlihatkan badannya yang penuh memar hingga giginya yang patah setelah penyerbuan ke markas pengedar narkoba.

Donnie Yen sebagai anggota polisi
via Emperor Film

Tapi di tengah adegan baku hantam dan kejar-kejaran, ada sedikit sequence aksi yang terkesan berlebihan dan tidak masuk akal. Hal remeh yang mungkin hanya sepersekian detik muncul di layar lebar, tapi malah membuat cringe dan mengganggu keseluruhan detail yang diberikan.

Third act yang membabi buta

Menegangkan sejak awal cerita, penonton hanya diberi sedikit waktu untuk menghela nafas hingga akhirnya dibuat tegang dengan semua aksi yang tersaji. Plot yang dibuat dinamis bertahan hingga akhir, bahkan diperkuat dengan third act yang yang ‘melelahkan’.

Donnie Yen dalam film Raging Fire
via Emperor Film

Disebut melelahkan, karena pertarungan antara karakter Donnie dan Tse menguras banyak energi. Bahkan tak jarang kamu bisa melihat penonton lainnya mengangkat kaki maupun merasa geram untuk mendukung dua karakter tersebut dalam pertarungan akhir yang cukup lama, sekitar 15 menit dari total durasi.

Third act dibuat megah, intens, penuh aksi, dan mengalir cepat hingga menyisakan pertarungan satu lawan satu yang menegangkan. Dari set up hingga latar dimanfaatkan demi menyuguhkan tontonan penuh adrenalin. Bagi penggemar film full aksi, Raging Fire tentunya tak boleh dilewatkan. 

Dan yang terpenting, Raging Fire tak harus menghadirkan cliffhanger untuk mempersiapkan waralaba seperti film Hollywood dalam beberapa tahun belakangan. Walaupun ending dari film ini memungkinkan untuk berlanjut dalam sebuah sekuel yang patut ditunggu bagi penggemar Donie Yen, maupun film aksi pada umumnya.

Nicholas Tse sebagai Yau Kong-ngo
via Emperor Film

Nicholas Tse bersinar di tengah film pemacu adrenalin ini. Didukung koreografi apik dan terarah, film Raging Fire menghormati genre film aksi tanpa harus susah payah bertumpu pada waralaba yang menghantui layar lebar beberapa tahun belakangan.

Genre: Aksi, Thriller

Sutradara: Benny Chan

Penulis Naskah: Benny Chan, Ryan Wai-Chun Ling, Yaoliang Tang

Pemeran: Donnie Yen, Nicholas Tse, Lan Qin,

Rekomendasi Film
7/10

Summary

Nicholas Tse bersinar di tengah film pemacu adrenalin ini. Didukung koreografi apik dan terarah, film Raging Fire menghormati genre film aksi tanpa harus susah payah bertumpu pada waralaba yang menghantui layar lebar beberapa tahun belakangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *