Seakan tak bosan-bosannya, Netflix kembali datang dengan film bertema manusia super. Film Project Power menggandeng dua aktor kenamaan Joseph Gordon-Levitt dan Jamie Foxx yang mencari tahu tentang keberadaan pil yang bisa memberikan kekuatan bagi siapapun yang memakannya selama lima menit.

Pil yang diberi nama Power ini seringkali digunakan oleh orang-orang yang ingin berbuat jahat. Menjadikannya pil terlarang yang beredar di pasar gelap. Kemampuan ini dikembangkan dari kemampuan alami yang dimiliki hewan dan menggabungkannya dengan DNA manusia.

Kisahnya berpusat pada Robin (Dominique Fishback) yang mencari uang sebagai pengedar pil Power. Dia juga menjual pil itu kepada Frank (Joseph Gordon-Levitt), polisi yang ditugaskan mencari tahu lebih dalam tentang organisasi yang menjadi otak dibalik peredaran pil di New Orleans.

Robin akhirnya bertemu dengan Art (Jamie Foxx) yang mencari tahu keberadaan organisasi pengedar pil yang juga menculik anaknya. Dan tentu saja, seperti kebanyakan film aksi lainnya, Art dan Frank bekerja sama untuk menumpas organisasi rahasia misterius tersebut.

Popcorn movie khas Netflix

Project Power masih menawarkan alur yang sama dengan film orisinil bergenre aksi milik Netflix lainnya, semisal Extraction (2020) maupun The Old Guard (2020). Adegan aksi ditonjolkan sebagai daya tarik, penuh ledakan dan aksi baku hantam, berpadu premis dasar yang berbeda membuat film ini terasa ringan untuk disaksikan.

Alur yang diberikan tanpa banyak twist; kejahatan di mana-mana, kombo dua karakter utama datang, bertarung, dan akhirnya menang. Film jenis ini biasa dikenal dengan nama popcorn movie; tanpa makna mendalam atau pesan yang serius, hanya untuk hiburan semata.

Yang patut diperhitungkan adalah karakter yang diperankan Dominique Fishback mampu menjalin chemistry yang apik dengan dua karakter utama, yang notabene adalah aktor papan atas Hollywood. Sayang karakternya kurang mendapatkan peran besar, selain mempertontonkan bakatnya sebagai rapper.

Tema yang ditawarkan juga cukup pasaran: seorang ayah yang ingin merebut kembali anaknya yang diculik, meski dengan berbagai cara. Ditambah beberapa adegan aksi berlatarkan cerita manusia super diselipkan perjuangan kelas, ras, dan isu feminisme, voilà, jadilah Project Power.

Kebanyakan film superhero?

Setelah Marvel dengan semesta sinematiknya, lalu DC dan Warner Bros. mengikuti (meski tak sesukses Marvel), Hollywood dipenuhi dengan beragam film bertemakan superhero. Bahkan The Old Guard yang dibintangi Charlize Theron yang dirilis Juli lalu juga bertemakan tentang manusia berkekuatan super.

Project Power memang memiliki premis yang segar. Namun tak bisa menawarkan alur yang kompleks sebagai film baru yang berbeda dibandingkan cerita manusia super lainnya. Formulanya masih sama: karakter baik dengan karakter yang kasar mencoba memberantas kejahatan dengan cara mereka sendiri.

Setidaknya duet Henry Joost dan Ariel Schulman sebagai sutradara menghadirkan berbagai subplot yang menjadi trending topik di Amerika dan dunia. Semisal isu rasisme, feminisme, bahkan konspirasi tentang pemerintah yang menjadikan masyarakat kelas bawah sebagai bahan uji coba obat-obatan terbaru. Meski sebagian besar hadir sebagai gimmick.

Film ini memang bukan The Matrix yang memberikan pilihan dari dua pil yang tersedia. Premis awalnya menyebutkan bahwa setiap pil berisikan kekuatan yang tak disangka-sangka. Ini yang (seharusnya) membedakan film ini dengan genre serupa. Anehnya, hingga cerita berakhir, kejutan tersebut seakan terlupakan. Penasaran? Coba tonton saja filmnya.

Untuk sekelas popcorn movie yang bertujuan menarik penonton, nama besar Jamie Foxx dan Joseph Gordon-Levitt serta premis ‘manusia berkekuatan super’ memang terasa memikat. Tapi film Project Power masih terkesan tanpa kejutan berarti dan mudah terlupakan di tengah gempuran berbagai film aksi yang mengepung Hollywood selama beberapa tahun belakang.

Rating: 6/10

Genre: Aksi, Drama

Sutradara: Henry Joost, Ariel Schulman

Penulis: Mattson Tomlin

Pemeran: Jamie Foxx, Joseph Gordon-Levitt, Dominique Fishback