
Film Ghost Writer memberikan sebuah premis yang unik: bagaimana jika hantu (ghost) menjadi ghost writer yang membuat novel tentang cerita sang hantu itu sendiri? Awal yang menarik untuk sebuah cerita. Dengan naskah yang menggelitik serta perpaduan drama dengan horor beralaskan komedi, film ini sangat layak untuk ditonton saat Lebaran tiba.
Bagi yang belum tahu, ghost writer merupakan sebutan bagi seorang penulis yang dibayar untuk menulis buku/novel/karya jurnalistik namun namanya tidak dicantumkan sebagai penulis. Dan jangan sampai pula tertukar dengan film The Ghost Writer yang dimainkan oleh Pierce Brosnan dan Ewan McGregor pada 2010 lalu. Walau punya judul yang hampir sama, edisi Indonesia lebih mudah dicerna.

Menceritakan tentang Naya (Tatjana Saphira), seorang penulis baru dengan novel pertama yang langsung menjadi bestseller. Namun karena masalah ekonomi, dia dan adiknya, Darto (Endy Arfian) harus tinggal di rumah dengan sewa murah. Ia menemukan diary milik Galih (Ge Pamungkas), hantu yang meninggal karena gantung diri. Naya yang berjuang untuk menghasilkan novel baru akhirnya menggunakan cerita Galih sebagai inspirasi bukunya.
Penonton pun dibawa menjajaki hubungan yang tidak biasa antara Naya dan Galih. Dimana Naya meminta pertolongan Galih sebagai ‘ghost writer’ dan menceritakan masalah yang membuatnya bunuh diri.
Pertemanan keduanya juga menghasilkan dialog-dialog komikal. Tak ketinggalan kehadiran beberapa karakter lain yang sebagian besar digunakan untuk menambah unsur komedi.
Gabungan horor dan komedi yang pas
Gabungan horor dan komedi masih menjadi genre yang cukup sering beredar di bioskop Tanah Air. Apalagi dengan banyaknya horor berlandaskan komedi 18+ yang dahulu sering wara wiri di bioskop kita. Namun masih jarang ada yang mampu menggabungkannya dengan pas. Dan film Ghost Writer adalah salah satu diantara yang mampu melakukannya.
Film pertama dari sutradara Bene Dion Rajagukguk yang dikenal sebagai stand up comedian dan penulis buku ini berhasil menyuguhkan tayangan yang membuat penonton betah. Gabungan drama, komedi, dan horor bisa dibilang pas mengalir sepanjang cerita. Meskipun bisa dirasakan nuansa drama masih mendominasi.

Di sepanjang cerita, penonton akan disuguhkan dengan keseharian Naya bersama Galih melontarkan berbagai dialog lucu. Tak lupa, ada banyak rekan sesama stand up comedian yang juga menghadirkan gelak tawa. Seperti Ernest Prakasa yang sekarang menjadi aktor sekaligus produser, Arief Didu, serta duo Muhadkly Acho (juga sebagai Penasehat Komedi) dan Arie Kriting yang meskipun memiliki sedikit scene namun tetap berkesan.
Cerita yang ringan dengan pesan mendalam
Tak perlu mengeluarkan energi lebih untuk menikmati film Ghost Writer. Narasi yang dihadirkan mudah dicerna dan pesan yang disampaikan juga cukup umum. Penonton yang disasar tampaknya bukan dari kalangan dewasa yang menginginkan alur rumit atau plot membingungkan. Seperti gabungan genre yang dianut oleh film ini, ada banyak sub tema yang dihadirkan lewat tokoh-tokohnya.

Banyak pesan yang merepresentasikan apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia saat ini. Mulai dari ego karakter, perjalanan meraih impian, hingga depresi yang berujung pada kematian. Karakter Naya merupakan bagian dari generasi muda masa kini: penuh semangat untuk menggapai impian, serta tak ingin menyusahkan orang lain. But in the end, kita masih butuh orang lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Lalu ada Galih yang merasa dirinya bukan siapa-siapa. Terpuruk dengan kesedihan dan akhirnya mati mengenaskan. Namun pada akhirnya ia mengerti bahwa masih ada orang-orang yang menyayanginya. Sebuah pesan menyentuh yang mungkin sangat relatable dengan generasi muda masa kini.
Bagus, tetapi kurang berkesan
Meskipun menghadirkan tontonan yang segar, tetapi masih banyak yang perlu diperbaiki. Komedi yang disajikan juga tidak semuanya berhasil dengan mulus. Layaknya seorang stand up comedian, karya Bene ini memiliki LPM (Laugh Per Minute) tidak terlalu banyak. Terkadang jokes yang diluncurkan masih tipis dan kurang mengena. Masih belum “kompor gas” sepertinya.
Walaupun mengandalkan cerita horor, kesan mencekam hanya terasa di 20 menit pertama. Bahkan bisa dibilang, sebagian besar film ini memiliki pola yang sama dengan drama Korea: semua adalah drama. Meskipun nuansa horor dan komedi bisa dinikmati, namun kesan “dramatisasi” dan cerita yang mudah ditebak membuat film ini tidak begitu mengesankan di sisi plot.

Memang tidak buruk untuk sebuah film yang cukup andal menggabungkan drama, horor, komedi, serta pesan yang menyasar generasi masa kini. Namun film Ghost Writer tak se-down-to-earth dibandingkan karya Ernest Prakasa sebelumnya, seperti Susah Sinyal maupun Cek Toko Sebelah. Menarik untuk disaksikan, namun tidak begitu mengesankan dalam jangka waktu yang lama.
Secara keseluruhan, film Ghost Writer menonjolkan premis yang menarik dibalut dengan komedi yang ringan dan menggelitik. Menyeramkan di awal, banyak tawa sepanjang cerita, dan menyentuh menjelang akhir. Film yang ringan dengan pesan yang indah bertemakan keluarga, cocok untuk ditonton di hari yang penuh dengan makna kekeluargaan saat ini.
Rating: 3.5/5
Genre: Horror, Komedi
Sutradara: Bene Dion Rajagukguk
Penulis: Bene Dion Rajagukguk, Nonny Boenawan
Bintang: Tatjana Saphira, Ge Pamungkas, Deva Mahenra
Review
- Kompor gas
Summary
Secara keseluruhan, Ghost Writer menonjolkan premis yang menarik dibalut dengan komedi yang ringan dan menggelitik. Menyeramkan di awal, banyak tawa sepanjang cerita, dan menyentuh menjelang akhir cerita. Film yang ringan dengan pesan yang indah bertemakan keluarga, cocok untuk ditonton di hari yang penuh dengan makna kekeluargaan saat ini.