Review Film Justice League (2017): Fresh, Ringan, dan Menghibur
Justice League bercerita tentang usaha Batman dan Wonder Woman, sepeninggal Superman, dalam membentuk aliansi para pahlawan super untuk mengantisipasi serangan musuh yang mengancam kehidupan di bumi. Setelah mereka berhasil meyakinkan Aquaman, The Flash dan Cyborg untuk bergabung ke dalam Justice League, mereka harus bisa mengalahkan Steppenwolf yang ingin menghancurkan bumi.
Justice League adalah film pahlawan super yang ringan dan gampang dinikmati. Jika sebelumnya Superman, Batman dan Wonder Woman sudah muncul di BvS: Dawn of Justice, kali ini penonton akhirnya dapat melihat sosok pahlawan-pahlawan baru, yaitu The Flash, Aquaman dan Cyborg. Munculnya tiga superhero ini di layar lebar, memberikan suasana fresh ke dalam film-film superhero DC yang sebelumnya didominasi oleh film Batman dan Superman.

Justice League berhasil menampilkan karakter yang menarik pada tiga superhero tersebut. Aquaman (Jason Momoa) manusia Atlantis slengean a la rockstar dengan kemampuan menakjubkannya di dalam air, The Flash (Ezra Miller) manusia tercepat di bumi yang masih cupu dan agak penakut ketika bertempur, dan Cyborg (Ray Fisher) manusia yang memiliki tubuh robot yang canggih berkat teknologi alien. Namun, dalam penokohan tampaknya ada yang berbeda pada Batman.
Jika Superman dan Wonder Woman masih digambarkan dengan super dan wonderful seperti biasanya, di film ini Batman tidak terlihat sebagai seorang Batman seperti biasa yang memiliki banyak rencana. Selain itu, ia juga tidak terlihat sibuk melakukan investigasi yang biasa dilakukannya setiap sebelum menjalankan tugas. Bagi yang sudah menonton film-film Batman, paling tidak BvS, pasti tahu kalau ia adalah pahlawan yang suka mempersiapkan segalanya dengan investigasi dan rencana yang matang.

Selain itu, batman juga tampak terlalu lemah jika dibandingkan dengan pahlawan-pahlawan Justice League lainnya. Batman, sebagai manusia biasa, seharusnya bisa menjadi penghubung antara penonton dengan para superhero DC yang Godlike. Batman adalah manusia biasa yang dengan segala kekurangannya bisa berada satu level dengan para superhero imba tersebut berkat kecerdasan, kepemimpinan dan nilai-nilai kepahlawanan yang ia pegang. Dan di film ini hal-hal tersebut tidak terasa.
Dari segi tone ada yang berbeda dengan film keluaran DCEU yang satu ini. Justice League terasa tidak sekelam film-film sebelumnya, seperti Man of Steel dan BvS: Dawn of Justice. Selain itu, film ini juga terasa lebih ringan. Mungkin ini dipengaruhi oleh suksesnya film Wonder Woman yang sangat berwarna. Atau mungkin karena ditunjuknya Joss Whedon, yang merupakan sutradara Avengers, untuk menggantikan Zack Snyder sebagai sutradara setelah memutuskan mundur dari film Justice League pada proses produksi setelah anaknya melakukan bunuh diri.
Keputusan menjadikan Justice League menjadi film yang ringan, memiliki efek yang cukup terasa terhadap karakter-karakternya, contohnya (lagi-lagi) Batman. Batman yang biasanya sangat cool dan misterius menjadi lebih talkative. Selain itu, jika di film-film sebelumnya, bahkan di BvS, Batman masih terlihat badass walaupun ia babak belur melawan musuh yang jauh lebih kuat dari dirinya, di film ini, hal ini justru dijadikan sebuah lelucon.
Seperti di salah satu adegan ketika Batman mengerang kesakitan sambil leyeh-leyeh di atas tanah setelah dihajar lawan yang sangat kuat. Adegan ini tampak dibuat dengan sengaja untuk menimbulkan efek comic. Hal ini tentu akan sangat mengganggu jika film ini adalah film yang serius.
Selain dari penokohan yang dibuat lebih “ramah”, film ini juga memiliki adegan-adegan yang agak cheesy karena saking ringannya film ini. Seperti adegan ketika para anggota Justice League berhasil melakukan suatu misi, mereka saling bertatapan dan senyum-senyum seolah-olah berbicara dalam hati “yay kita berhasil!”

Visual dari film ini cukup memukau. Walaupun Zack Snyder mundur di tengah-tengah proses produksi dan digantikan oleh Joss Whedon, film ini masih memiliki gaya penyutradaraan khas Zack Snyder yang penuh dengan adegan slow motion, dan adegan aksi yang memanjakan mata. Walaupun ada beberapa adegan aksi yang agak berantakan karena penggunaan CGI yang berlebihan.
Kekurangan yang sangat mencolok dalam film ini adalah pada pace yang tergesa-gesa. Dengan memunculkan tiga karakter superhero baru sekaligus tanpa film stand-alone sebelumnya membuat film yang berdurasi lebih kurang dua jam ini tampak kewalahan membangun setup-nya. Adegan-adegan yang berfungsi untuk memperkenalkan The Flash, Aquaman dan Cyborg terasa tergesa-gesa dan berantakan. Adegan-adegan tersebut tersebut tampak seperti potongan-potongan klip yang digabung.
Hal ini juga terjadi pada beberapa adegan yang ada Superman-nya. Di satu adegan, Superman adalah alien imba dalam mode berserk, dan di adegan selanjutnya ia adalah Clark seperti biasanya. Tidak ada proses yang memperlihatkan bagaimana berubahnya mood Superman sehingga adegan-adegan tersebut seperti dua klip berbeda yang digabungkan.
Selain pace yang teburu-buru, villain utama yaitu Steppenwolf juga kurang memorable. Di awal film Steppenwolf digambarkan sebagai musuh yang sangat kuat dan menarik, terutama ketika ia datang ke Themyscira. Namun setelah itu, tidak banyak yang dapat dilihat dari Steppenwolf.

Kenyataan bahwa Steppenwolf adalah main villain di film ini sebenarnya cukup melegakan mengingat Justice League masih belum memperkenalkan anggota lengkapnya. Film ini akan terasa mubazir jika semua anggota Justice League harus menghadapi monster CGI raksasa yang tidak memorable seperti Steppenwolf di film ini.
Secara keseluruhan, Justice League adalah film superhero yang fresh, ringan, dan menghibur. Walaupun begitu, Justice League masih tertinggal jauh dari film-film superhero buatan Marvel, terutama film-film Avengers. Semoga DCEU dapat mengejar ketertinggalan tersebut karena sangat disayangkan jika karakter-karakter superhero DC yang sangat menarik tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh WB dan DCEU.
Director: Zack Snider
Top Cast: Ben Affleck, Gal Gadot, Jason Moma, Ezra Miller, Ray Fisher, Henry Cavill, Amy Adams, Jeremy Irons
Durasi: 120 mins
Review Overview
Kesimpulan
Justice League adalah film superhero DC yang fresh, ringan dan menghibur walaupun dengan pengenalan karakter baru yang tergesa-gesa serta villain yang tidak memorable