Film, Review

Review Film Ghostbusters: Afterlife (2021): Warisan untuk Generasi Baru

Film Ghostbusters: Afterlife merupakan homage (lagi!) dari waralaba pasukan pemburu hantu yang pertama kali dirilis pada tahun 1984. Memperkenalkan pemeran yang lebih muda, film ini dibuat jauh lebih ringan dan family-friendly dalam tone yang cerah dibandingkan film orisinalnya.

Berlatar sekitar 40-tahun setelah film Ghostbusters sebelumnya, film ini menceritakan tentang Phoebe (McKenna Grace) yang pindah ke Oklahoma bersama ibu, Callie (Carrie Coon) dan kakaknya, Trevor (Finn Wolfhard) ke Oklahoma, ke rumah mendiang kakeknya.

Finn Wolfhard, McKenna Grace, dan Logan Kim
via Columbia Pictures

Callie memasukkan Phoebe ke sekolah musim panas, dimana ia bertemu Mr. Grooberson (Paul Rudd), guru sains di sekolah menengah yang memiliki keahlian di bidang seismologi dan penggemar berat Ghostbusters. Ia pula yang menemukan kejanggalan dari gempa yang terjadi di kota itu.

Phoebe menemukan bahwa sang kakek adalah Dr. Egon Spengler (mendiang Harold Ramis), yang melakukan sebuah penelitian di rumahnya. Penelitian ini berhubungan dengan makhluk dari ‘neraka’ yang akan terperangkap di bawah gunung dan menjadi penyebab gempa tersebut.

Untuk generasi baru

Dibandingkan film keluaran 1984 dan 1989, film Ghostbusters: Afterlife dibuat menghibur dengan plot yang dibuat ringan. Ada lebih banyak humor dan jokes yang disajikan dengan ekspresi serius. Memberikan vibe ala Steven Spielberg berlatar musim panas dan misteri remaja.

Berperan sebagai sekuel sekaligus reboot, durasi 2 jam cukup pas demi memperkenalkan berbagai karakter baru; hubungan mereka dengan karakter orisinal, membangun narasi yang padat serta ragam easter egg yang merujuk pada dua film sebelumnya. 

hantu di film Ghostbuster: Afterlife
via Columbia Pictures

Setidaknya Jason Reitman sebagai sutradara masih tak lupa pada nuansa horror. Ada beberapa adegan jumpscare yang datang tiba-tiba, tapi tentu saja tak semenakutkan The Conjuring atau Annabelle. Apalagi ‘hantu’-nya lebih ke jinak dibandingkan menakutkan.

Karena dikembangkan sebagai pondasi untuk edisi terbaru (termasuk memperpanjang waralaba tentunya, ehm) dan untuk semua umur, plot tak dibuat sedetail mungkin. Bahkan sebagian plot terkesan miss dan menimbulkan tanda tanya.

Rangkaian cast apik gabungan talenta muda serta aktor kawakan Hollywood membawa suasana yang lebih fresh. Ada Finn Wolfhard yang tenar setelah membintangi Stranger Things, atau Logan Kim yang memerankan Podcast dengan celetukan-celetukan yang terkadang annoying, tapi jadi alokasi humor di sepanjang cerita.

McKenna Grace sebagai Phoebe
via Columbia Pictures

Dan tentu saja, McKenna Grace bersinar sebagai Phoebe. Karakternya yang pintar, dinamis, dan pemberani, membuatnya menjadi nyawa film ini. Termasuk jokes ‘bapak-bapak’ yang bertolak belakang dengan tampangnya yang polos. She stole the show

Memperpanjang waralaba

Selain film, Ghostbusters diadaptasi menjadi seri animasi, komik, hingga puluhan video game yang membuat waralaba ini seakan tak pernah mati. Bahkan di tahun 2007, sales merchandise Ghostbusters mencapai 1 miliar dollar.

karakter pemeran di film Ghostbusters: Afterlife
via Columbia Pictures

Film ini merupakan antitesis dari adaptasi Ghostbusters: Answer the Calls (2016) yang turut dibintangi Chris “Thor” Hemsworth. Bukan hanya sekadar reboot, tapi Afterlife mencoba untuk mengulang kembali ketenaran pasukan pembasmi hantu ini bagi generasi baru.

Menghadirkan kisah yang lebih ringan dan mudah dicerna, yang mungkin tak bisa diterima mentah-mentah oleh penggemar berat waralaba ini. Mengingat Ghosbuster di era 80-an diperuntukkan bagi penonton dewasa dengan humor dan cerita yang cukup berat.

Begitu pula sekian banyak referensi dijejalkan hingga akhir, agak seperti dipaksakan. Pun karakter Phoebe yang terlihat seperti sang kakek, Egon; berambut keriting, berkacamata, dan penyuka sains. 

McKenna Grace dengan mobil Ecto-1 Ghostbusters
via Columbia Pictures

Jason memasukkan berbagai item yang menjadi ciri khas dunia Ghostbusters. Termasuk wearpack berwarna coklat lengkap dengan namanya, hantu Stay-Puft Marshmallow Man dan tak ketinggalan Cadillac ikonik Ecto-1 keluaran 1959, hingga berbagai cameo dari film orisinal.

“So, who you gonna call?”

Warisan ‘Ghostbusters’

Tema keluarga dan warisan merupakan fokus utama dari adaptasi ini. Apalagi dengan fakta bahwa Jason merupakan anak sutradara asli film orisinil Ghostbusters, Ivan Reitman. Andai saja film ini dirilis di pertengahan tahun, vibes musim panas dan rasa liburannya lebih terasa.

Paul Rudd sebagai Mr. Grooberson dalam film Ghostbusters: Afterlife
via Columbia Pictures

Dan layaknya waralaba lainnya, Afterlife mempersiapkan cliffhanger yang bisa diartikan sebagai rencana film kedua. Tentu saja menggunakan karakter utama yang masih muda, mudah bagi Columbia Pictures untuk melanjutkan adaptasi ini menjadi beberapa sekuel yang lebih ‘menghasilkan’ di masa depan.

Mengemban warisan Ghostbusters bisa jadi bumerang tersendiri. Film ini sebenarnya akan lebih menarik lagi jika tanpa embel-embel Ghostbusters. Gaya horor komedi remaja tentang keluarga yang pindah ke sebuah tempat terpencil ala Fear Street atau film adaptasi karya R.L. Stine tentu saja sangat memikat. 

Tapi di sisi lain, Afterlife merupakan satu di antara sedikit film yang lebih menawan ditonton di layar lebar. Berbagai wide shot, atau pengambilan gambar dari kejauhan, terasa memikat. Memperlihatkan megahnya pemandangan rasa Amerika dengan gunung, ladang, dan padang rumput yang luas. 

McKenna Grace dan Logan Kim
via Columbia Pictures

Film Ghostbusters: Afterlife membawa perubahan signifikan dari pendahulunya dengan tema keluarga dan dibuat lebih family-friendly. Gayanya yang ringan membuat cringe penggemar old-school, tapi cukup kokoh sebagai pondasi memperkenalkan Ghostbusters pada generasi baru dengan segala referensinya.

Genre: Horor, Misteri

Sutradara: Jason Reitman

Penulis Naskah: Jason Reitman, Gil Kenan

Pemeran: Carrie Coon, Paul Rudd, Finn Wolfhard, Mckenna Grace

Rekomendasi Film
7/10

Summary

Film Ghostbusters: Afterlife membawa perubahan signifikan dari pendahulunya dengan tema keluarga dan dibuat lebih family-friendly. Gayanya yang ringan membuat cringe penggemar old-school, tapi cukup kokoh sebagai pondasi memperkenalkan Ghostbusters pada generasi baru dengan segala referensinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *