Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film mengangkat isu kehilangan melalui kisah kasih karakter berusia 40-an; unik dan punya cara tersendiri untuk memberikan pesan bagi orang-orang yang berkutat di ranah film atau mereka yang masih terpuruk dalam kesepian.
Sinopsis film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film
Bagus (Ringgo Agus Rahman) adalah seorang penulis naskah film yang sebelumnya hanya menulis cerita adaptasi. Ia diminta oleh Yoram (Alex Abbad), sutradara di rumah produksi, untuk mempersiapkan sebuah naskah orisinil.
Ia lalu menjelaskan cerita yang sedang dibuatnya; kisah tentang seorang penulis yang ingin mendekati wanita idamannya yang baru saja menjanda. Kisah tersebut diambil dari kehidupannya bersama Hana (Nirina Zubir), gadis yang ia cintai sejak SMA.
Ia mendekati Hana dengan memberitahu bahwa ia sedang mempersiapkan cerita tentang seorang florist, pekerjaan yang sedang dijalani Hana. Semuanya berjalan sesuai keinginannya sampai saat Hana mengetahui naskah tersebut.
Tema percintaan dan kehilangan
Yandy Laurens kembali hadir sebagai penulis naskah sekaligus sutradara setelah sukses mengepalai Keluarga Cemara (2018). Layaknya Past Lives (2023), film ini menghadirkan kisah percintaan tokoh utama berusia 40 tahunan yang jarang diungkit oleh film-film Indonesia lainnya.
Tampil dalam layar hitam putih, film ini dengan syahdu membawakan tema tentang kehilangan serta bagaimana mencintai setelah kehilangan. Tak menggurui, tapi lugas menggambarkan perasaan orang-orang yang benar-benar terpuruk setelah ditinggalkan yang tersayang.
Adegan demi adegan dan dialog demi dialog tertata dengan rapi layaknya kepingan-kepingan yang disusun menjadi sebuah film utuh. Tapi keseluruhan dialog dan adegan dibawakan dengan luwes, bagaikan bukan rekaan dan selayaknya perbincangan alamiah antar karakter sehari-hari.
Dramanya disampaikan dengan lembut, mengupas pedihnya kehilangan yang mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi ada beberapa aspek humor (dan meta), sebagian besar tentang film atau proses pembuatan film, melalui pengulangan-pengulangan yang bikin film ini ringan dicerna.
Duo Ringgo Agus dan Nirina Zubir punya chemistry yang bagus. Sementara karakter lain di dalam film ini ada untuk mendukung kisah Bagus dan Hana, meski sangat disayangkan tanpa character arc mereka sendiri.
Film ini menyajikan tontonan dan pengalaman sinematik yang berbeda dibandingkan film Indonesia lainnya. Estetikanya didukung melalui rangkaian beauty shot. Keheningannya terasa dengan pilihan timing untuk menyematkan soundtrack menambah cita rasa film ini.
Film tentang film
JESEDEF bagaikan Inception (2010) karya Christopher Nolan, tapi alih-alih masuk ke dalam mimpi, Yandy membawa penonton masuk ke dalam sebuah film tentang bagaimana seorang penulis mengembangkan ide sekaligus pembuatan film itu sendiri.
Bagaikan sebuah film yang menceritakan tentang bagaimana cara menulis film yang baik dan benar. Dan secara meta diterjemahkan langsung, memberikan pesona sebagai sebuah film yang mampu menggambarkan berbagai tema dengan sederhana.
Kekuatan terbesar Yandy adalah bercerita. Mempersembahkan sebuah tema dan kisah setiap dialog dan narasi. Hanya ‘mengobrol’, tapi membawa penonton masuk ke dalam cerita dan menggali lebih dalam tentang kisah Bagus dan Hana.
Jarang memang ada film Indonesia dengan cerita yang padu dan detail. Tak salah, mengingat Lauren sendiri mengungkapkan bahwa penulisan naskah membutuhkan waktu tiga tahun. Terbayar tuntas menjadi sebuah karya yang menyenangkan tapi tetap memberi makna mendalam.
Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film adalah sebuah masterpiece baru yang mungkin telah lama hilang (atau jarang ada) di ranah perfilman Tanah Air. Ode bagi penulis, sekaligus mempersembahkan tontonan penuh makna bagaikan suara bagi orang-orang yang masih terjebak dalam jurang bernama ‘kehilangan’.
Genre: Komedi Romantis
Sutradara: Yandy Laurens
Penulis Naskah: Yandy Laurens
Pemain: Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Alex Abbad
Rekomendasi Film Terbaik
Summary
Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film adalah sebuah masterpiece baru yang mungkin telah lama hilang (atau jarang ada) di ranah perfilman Tanah Air. Ode bagi penulis, sekaligus mempersembahkan tontonan penuh makna bagaikan suara bagi orang-orang yang masih terjebak dalam jurang bernama ‘kehilangan’.