Game Coffee Talk: Karya Anak Bangsa, Bukan Hanya Jadi Barista
Kopi, hujan, dan kenangan memang susah dipisahkan. Tapi jika kamu belum sempat mengunjungi café untuk sekadar merasakan nikmatnya menyantap kopi diiringi alunan musik café yang mendayu-dayu, game Coffee Talk mungkin bisa kamu mainkan.
Coffee Talk merupakan salah satu game yang dikembangkan oleh Toge Production, developer dan publisher game yang berbasis di Indonesia. Karya mereka lainnya seperti Infectonator, Relic of War, Days 2 Die, hingga Necronator. Kali ini, Toge Production membawa kamu sebagai seorang barista di sebuah café.

Ketika pelanggan datang, kamu akan diminta untuk mempersiapkan pesanan yang mereka inginkan. Ada beragam material sebagai bahan-bahan minuman. Untuk minuman yang lebih sederhana, kamu bisa mencarinya melalui aplikasi dalam game. Misalnya espresso triple-shot, kamu bisa memilih kopi+kopi+kopi. Kamu juga bisa membuat latte art dan menggambarnya dengan tangan.
Sesuai dengan namanya, kamu juga diminta untuk berbincang-bincang dengan konsumen yang datang. Pengunjung datang dari berbagai ras seperti elf, dwarf, hingga alien, memiliki sudut pandang dan masalahnya sendiri. Bahkan kamu bisa menemukan masalah peri dan succubus yang tak bisa bersatu akibat ditentang oleh kedua orang tua mereka karena berasal dari ras yang berbeda. Sedih.
Game ini hadir dengan tampilan pixel art yang menawan serta daftar soundtrack yang memberikan mood khas café di kala hujan. Kamu bisa menemukan original soundtracknya di akun YouTube Toge Production. Namun yang paling menarik dari game ini adalah kamu bisa menemukan resep minuman khas Indonesia yang sering dijumpai di warkop Tanah Air.

Ketika diwawancara oleh IGN, Kris Antoni selaku CEO Toge Production menjelaskan tentang ide minuman tradisional dalam game Coffee Talk. “Kami memiliki Teh Tarik, STMJ, Jahe Tubruk, Masala Chai, dalam game. Ya, kami ingin membawa sesuatu dari Asia Tenggara dan memperkenalkannya kepada dunia.”
Game Coffee Talk dan bea cukai Indonesia
Kontroversi pun mengiringi Coffee Talk. Bukan mengenai game maupun kontennya, tetapi masalah bea cukai yang dialami Kris. Dalan wawancaranya, Kris menyebutkan masalah terjadi ketika tim Toge Production mendapatkan kiriman salinan fisik PS4 dan Nintendo Switch dari Coffee Talk sebagai kenang-kenangan dari tim development.
Pengiriman ini memang hanya berupa ‘hadiah’. Pasalnya, Toge Production masih belum bisa memproduksi versi fisik dari game Coffee Talk untuk platform PlayStation 4 dan Nintendo Switch di Indonesia. Oleh karena itu, proses produksi semuanya dilakukan di Jepang.
Meskipun menandai paket sebagai ‘tanpa nilai komersial”, paket tersebut dikenakan pajak oleh bea cukai. Hal ini terjadi karena pemerintah Indonesia menggandakan pajak impor. Sehingga barang-barang komersial yang harganya lebih dari $3 (sekitar Rp41 ribu) dikenakan pajak. Kris menyebutkan berusaha membuat forum antara pemerintah dan pengembang game untuk mengatasi masalah ini.
Namun di balik kontroversinya, game Coffee Talk mendapatkan respons positif dari berbagai laman website luar negeri. Jonathan Bolding dari PC Gamer menyebutkan game ini “memiliki estetika animasi tahun 90-an, dengan penggunaan bayangan dan warna yang kaya”. Patricia Hernandez dari Polygon juga memuji dengan pixel art dan soundtrack game ini.
Nah, bagi kamu yang ingin memainkan game ini bisa langsung mengunjungi laman resmi CoffeeTalk.info. Demo bisa dimainkan secara gratis melalui berbagai platform, seperti Steam dan PlayStation store. Game ini bisa kamu miliki dengan harga $13 (atau sekitar Rp178 ribu).