Review Film Coldplay: A Head Full of Dreams (2018) – Kisah 20 Tahun Perjalanan Coldplay
Di bulan November 2018 lalu, Coldplay merilis film berjudul Coldplay: A Head Full of Dreams. Disutradarai Mat Whitecross (Supersonic), dokumenter ini menceritakan tentang perjalanan karir mereka dibalik layar selama 20 tahun terakhir yang . Bagi yang belum tahu, Coldplay beranggotakan 4 orang; Chris Martin pada vokal, Guy Berryman sebagai bassist, Jonny Buckland sebagai gitaris, dan Will Champion pada drum.
Mat Whitecross merangkum hampir keseluruhan momen yang menjadi saksi bagaimana kesuksesan besar Coldplay saat ini diperoleh. Dari mendapatkan kesempatan gig di pub hingga pertunjukan yang terjual habis di beberapa stadion terbesar di dunia, film A Head Full of Dreams akan membawa penonton mengikuti perjalanan mendalam tentang bagaimana band ini lahir dari permulaan yang sederhana menjadi band kelas internasional dan mengantarkan penonton bahwa semua mimpi dapat diwujudkan menjadi kenyataan.

Berawal dari tahun 1996, dimana Coldplay lahir karena pertemanan satu atap sebuah asrama kecil di salah satu Universitas di Inggris. Chris, Guy, Jonny, dan Will adalah mahasiswa yang memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki passion di dunia musik. Mereka seringkali mengundang teman-teman dari asrama lain untuk party. Party versi Chris dan geng berarti hanya sekedar melakukan obrolan hangat sambil jamming bersama.
A Head Full of Dreams memperlihatkan kalau asrama kecil itu adalah saksi bisu dan tempat paling bersejarah bagi mereka di mana kreativitas indah Coldplay, mulai dari mengeluarkan ide-ide untuk menulis lagu, melakukan rekaman kecil-kecilan, persiapan album pertama, sampai persiapan gig terjadi.
Tak disangka, hanya karena rutinitas semasa kuliah ini, Chris Martin bisa menggabungkan empat sosok berbakat termasuk dirinya menjadi sebuah band atas dasar mereka hanya ingin bersenang-senang dan melakukan apa yang mereka sukai. Dan “kesenangan” itu kemudian menjadi mimpi yang nyata, yaitu Coldplay.

Dalam film ini terlihat Chris sangat mendominasi, karena memang sosoknya yang extrovert dan ambisius. Banyak momen brilian dalam film A Head Full of Dreams yang dibuat oleh Chris, salah satunya bagaimana ia sangat excited menceritakan asal usul lagu-lagu hits yang ia dan teman-teman buat, seperti “Fix You,” “Yellow,” “The Scientist,”.
Film ini juga menghadirkan nostalgia lainnya yang pasti penggemar sejak 90 hingga 2000-an (bukan bermaksud gatekeeping) merasa familier. Beberapa kali saya ikut bernyanyi ketika lagu ini menjadi backsound di beberapa scene dan pasti seluruh penggemar ataupun bukan, tetapi tahu lagunya, juga akan melakukan hal yang sama.
Drama yang terjadi di antara anggota band juga tak luput disorot dalam film dokumenter ini. Ada drama yang membuat penonton ikut merasakan kebahagiaan. Tak sedikit pula drama yang membuat penonton ikut merasakan kondisi struggle.
Dan bahkan hati ikut terasa sakit ketika melihat konflik internal yang pernah terjadi atau saat-saat kondisi band yang sedang berada di level paling down. Tapi tentu saja kisah-kisah pribadi yang menyentuh dari masing-masing personel menjadikan film ini sangatlah berarti.
Banyak lagu-lagu yang diciptakan dipicu dari drama-drama yang menyentuh itu. Lalu-lagu itu menjadi alunan musik yang sangat indah karena nada yang dihasilkan sangat ‘kawin’ dengan lirik yang sangat puitis dan sangat bermakna berdasarkan kisah-kisah dibaliknya.
Film Coldplay: A Head Full of Dreams juga membuktikan beberapa isu miring yang dibuat oleh para media selama ini ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Ini mengingatkan kita bahwa band seterkenal apapun adalah manusia yang juga mempunyai kehidupan sama seperti kita.
Tak hanya momen-momen keseharian bagaimana band terbentuk, penonton juga disuguhkan cuplikan-cuplikan dari jalannya konser Coldplay pada saat A Head Full of Dreams Tour digelar di puluhan negara di dunia.
Penonton akan melihat dan juga ikut merasakan di mana seluruh penggemar yang hadir dibawa ke dunia yang ‘berbeda’, dunia yang magis. Terbukti dalam beberapa shoot ke ribuan penonton yang hadir ada yang berteriak sambil bernyanyi, memejamkan mata sambil berjoget kecil, dan bahkan sampai menangis terisak. Suasana ini memang dibuat spesial oleh Coldplay dan tim agar konser tersebut sangat hidup dan tidak dapat serta tidak sanggup dilupakan oleh seluruh penonton.
Scene yang disorot oleh Mat dalam film Coldplay: A Head Full of Dreams kebanyakan diiringi dengan monolog dari para anggota band maupun crew. Mungkin bagi banyak penonton akan sulit menebak-nebak siapa yang sedang berbicara karena aksen British yang sangat kental dan terdengar sama. Kecuali untuk mengenal suara khas dari seorang Chris Martin.

Album terakhir yang juga menjadi judul film ini, A Head Full of Dream sangat merepresentasikan keseluruhan perjalanan hidup Coldplay dan mempunyai banyak hal yang inspiratif bagi para penggemarnya maupun penonton. Banyak pesan seperti salah satunya, bahwa kerja keras akan terbayar jika kita memang niat dan konsisten untuk mencapai tujuan bersama apapun halangan yang menghadang.
Anggota Coldplay bukan hanya sekadar teman bermain musik, tetapi juga telah menjadi keluarga karena hampir seluruh hidup mereka sampai saat ini dilalui bersama, menunjukkan persahabatan mereka yang sangat solid.
Walaupun sudah sukses, mereka berempat tetap menjadi orang yang humble, positif dalam kehidupan sehari-hari maupun di atas panggung. Coldplay bukan hanya Chris Martin, tetapi juga Guy, Jonny, dan Will yang sama-sama berperan penting sebagai teman yang selalu setia dan mendukung dari saat mereka kuliah sampai saat ini. Coldplay tidak akan menjadi “Coldplay” jika tidak ada keempat sosok tersebut.
Film ini sangat cocok untuk penggemar Coldplay yang ada di Indonesia khususnya yang belum pernah menonton konsernya secara live atau yang sekadar ingin tahu perjalanan karir dan hidup Coldplay. Yang menjadi spesial, film ini hanya ditayangkan sehari serentak di seluruh dunia termasuk Indonesia pada 14 November 2018 lalu. Saat ini film Coldplay: A Head Full of Dreams dapat ditonton melalui Amazon Prime.
Genre: Music, Documentary
Sutradara: Mat Whitecross
Bintang: Guy Berryman, Beyoncé, Jon Buckland, Will Champion, Chris Martin, Noel Gallagher
Review Overview
Kesimpulan
Coldplay: A Head Full of Dream adalah film dokumenter dari band Coldplay yang menceritakan bagaimana perjalanan karir mereka dibalik layar selama 20 tahun terjadi. Bagaimana mereka mewujudkan mimpi menjadi kenyataan.