Pembahasan Extracurricular: Sisi Kelam Prostitusi Remaja Korea Selatan

Sinema Asia kini menjadi sorotan dunia perfilman. Film-film yang lahir dari tangan dingin sineas dunia Timur ini mulai diperhitungkan di kancah Internasional, baik dari segi isu yang dihadirkan, fenomena masyarakat, serta problematika yang sekiranya tidak “menampakkan” bentuk yang sama secara universal dari garapan sineas-sineas Barat. Hal tersebut tentunya telah dibuktikan dari berhasilnya film Parasite arahan Bong Joon-Ho “mempecundangi” film-film Hollywood dengan memboyong empat piala Oscar pada ajang Academy Award lalu.

Suatu prestasi yang tidak bisa dipandang remeh, meski ada juga yang menyangsikan kemenangan tersebut hingga melabeli penggemar film Parasite dengan istilah Asian Pride saking bergelora euforianya sampai ke tulang sum-sum. Sah-sah saja. Tentunya, hal tersebut bisa terjadi karena kultur ketimuran mempengaruhi cara bertutur melalui sinema dan juga multi isu yang sangat-sangat banyak bisa dijadikan film, dan tentunya menarik. Hollywood seperti kebakaran jenggot kala itu.

film Parasite
via CJ Entertainment

Kemajuan sinema Asia tersebut (film) juga berbanding lurus dengan serial-serial Asia yang mulai bertebaran di platform menonton digital yang sedang popular, seperti Netflix, yang mulai mengekspansi pasarnya hingga ke wilayah Asia, termasuk Indonesia yang lagi-lagi masih menjadi lahan “basah” bagi pemasaran film-film mancanegera.

Film-film Indonesia yang pernah tayang di bioskop juga sudah mulai didistribusikan di Netflix. Sepertinya, pandemi yang sedang melanda seluruh masyarakat dunia secara tidak langsung, mau tidak mau, telah mengubah gaya menonton masyarakat dari bioskop beralih ke platform digital.

Salah satu negara Asia yang produktif menciptakan serial-serial yang sukses di pasar domestik dan global adalah Korea Selatan. Melalui Hallyu yang mereka gaungkan sejak tahun 1990-an, Korea Selatan mampu membikin “candu” kebanyakan remaja-remaja dunia untuk kemudian berkiblat ke Korea Selatan lewat berbagai media, seperti film, K-drama, musik, fashion, gawai, hingga bahasa.

K-drama adalah medium yang sampai saat ini mampu membuat remaja-remaja betah berjam-jam di depan laptop atau gawai, bahkan sampai lupa makan, hanya untuk menyelesaikan episode demi episode serial yang ditontonnya. Sebab itulah, saya mengatakan bahwa Korea Selatan adalah candu.

Berikut adalah salah satu K-Drama dari Korea Selatan yang membuat saya betah di depan laptop selama lebih kurang 10 jam tanpa beranjak. Serial tersebut berjudul Extracuricullar yang tayang di Netflix April 2020 kemarin. Sebuah serial yang tidak biasa seperti serial-serial Korea Selatan pada umumnya.

Extracurricular adalah Permasalahan Remaja Korea Selatan

Serial bergenre kriminal sepertinya masih belum memiliki banyak penggemar layaknya serial bergenre drama romantis. Serial Extracurricular bercerita tentang seorang pelajar teladan di sebuah sekolah yang pada akhirnya memilih jalan menjadi mucikari online untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya hidup yang mahal dan kebutuhan untuk memasuki bangku kuliah membuat Oh Jisoo (Kim Dong Hee) memutuskan menjadi mucikari online melalui sebuah aplikasi bernama Doggo.

Park Joo-Hyun dan Dong-He Kim
via Netflix

Melalui aplikasi ini, seseorang bisa memesan ingin berkencan dengan wanita mana yang sudah terdaftar menjadi pelaku perdagangan seks di aplikasi tersebut. Kelebihan aplikasi ini adalah ia menggunakan fitur pelayanan keamanan bagi si pekerja seks dari “tamu” yang ingin memiliki niat jahat. Sebuah gelang yang dipasang di tangan sewaktu-waktu dapat ditekan ketika dalam keadaan bahaya, lalu seseorang yang terkoneksi melalui GPS bertugas sebagai bodyguard akan datang dan membantu si pekerja seks.

Keefektifan fitur ini sudah diperlihatkan sejak episode 1. Upaya menghadirkan isu pekerja seks laki-laki juga mendapat porsi dalam serial ini walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan “mungkin” sorotan pada jenis pekerjaan ini tidak begitu sefenomenal pekerja seks wanita.

Semula semuanya berjalan lancar. Tak ada masalah. Bahkan, Jisso sudah mampu mengumpulkan uang sebanyak 60 juta Won untuk persiapan ia memasuki jenjang perkuliahan. Tetapi, ketika ketertarikannya pada seorang perempuan supel dan terkenal bernama Gyuri Bae (Park Joo Hyun) ia mulai memasuki mimpi buruk dalam hidupnya; Gyuri mengacaukan semua usahanya.

pambahasan Extracurricular
via Netflix

Perempuan sebagai salah satu sumber masalah sepertinya cocok diutarakan kepada Gyuri, sebab melalui tokoh inilah bagaimana campur tangan perempuan diperlihatkan tidak sekalipun menyelesaikan satupun pekerjaan, kecuali pekerjaan di bidangnya sendiri.

Disaat ia mencuri ponsel Jisoo dan akhirnya mengetahui latar belakang Jisoo yang menarik baginya, saat itu juga ia mulai bertualang dalam dunia prostitusi online sebagai salah seorang yang berupaya memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat kepada Jisoo; mencuri ponselnya, mengetahui bisnis prostitusi online-nya, dan membuat Jisoo kehilangan 60 juta Won karena ayah Jisoo berhasil mencuri uang tersebut lalu menggunakannya untuk bermain judi online.

Latar belakang Gyuri sebagai pewaris tunggal usaha orang tuanya di bidang agensi grup idol tidak serta merta membuatnya nyaman dengan dunia tersebut. Ia terjebak dalam skema dunia basa-basi klise khas pengusaha-pengusaha besar.

Nam Yoon-su dan Dong-He Kim
via Netflix

Semenjak itulah, Jisoo mulai berada di bawah tekanan. Sekolahnya berantakan, bodyguard yang bekerja padanya diserang sekelompok orang hingga masuk rumah sakit, ia ditahan dan dipaksa mengabdi pada mucikari lain, hingga bisnisnya mengalami kekacauan luar biasa. Alih-alih memperbaiki, Gyuri malah terkesan semakin membuat kesalahannya menjadi lebih parah.

Hingga salah satu teman sekolah mereka bernama Seo Min-Hee (Jung Da-Bin) dilarikan ke rumah sakit pasca terjatuh dari tangga saat ia bertengkar dengan Jisoo. Min-Hee adalah salah seorang pekerja seks yang menggunakan jasa Jisoo dan ia adalah manifestasi dari orang-orang yang berusaha keras berhenti dari dunia kelam itu, tetapi tidak punya pilihan lain untuk tetap berada di kubangan nafsu sesaat tersebut.

Extracurricular mencoba “menelanjangi” sisi gelap kehidupan remaja Korea Selatan dalam memperoleh uang. Barangkali, tingkat kebutuhan yang tinggi dan biaya hidup yang mahal membuat mereka akhirnya memutuskan jalan yang demikian.

Serial Prostitusi Tanpa Adegan Seks

Film maupun serial yang mengangkat isu prostitusi sejatinya sering menghadirkan adegan intim untuk memenuhi kebutuhan adegan, tentu juga menjadi kebutuhan pasar filmnya. Sejauh yang pernah saya tonton, belum sekalipun ada film atau serial yang berusaha untuk tidak menyentuh ranah hubungan seks ketika ia mengusung tema yang demikian. Setidaknya, adegan berciuman pasti ada.

pambahasan Extracurricular
via Netflix

Tetapi, pada kasus Extracurricular, sekalipun saya tidak menemukan adegan yang demikian. Seolah-olah hal tersebut berjarak dari tema film yang dihadirkan. Memunculkan sesuatu yang kontradiktif yang mencoba menegur bahwa sudah saatnya remaja Korea Selatan tidak terjerumus lagi, atau barangkali remaja di seluruh dunia. Anggapan bahwa membicarakan seks adalah mengapungkan hal yang berbau taboo ke permukaan, dirasa tepat untuk sebuah produk seni yang berakar dari nilai-nilai ketimuran.

Seks adalah Privasi 

Penekanan seks adalah perihal urusan personal, kentara di dalam serial ini. Berulang kali Jisoo meminta Min-Hee untuk tidak menceritakan pekerjaannya kepada seorang detektif cum polisi sekolah yang gigih menanyai perihal permasalahan siswa melebihi guru BK mereka sendiri.

Upaya mengetahui urusan seks orang lain yang terlihat di dalam serial berbanding lurus dengan permasalahan-permasalah yang sering terjadi kepada banyak remaja, bahkan negara pun melalui aparat ikut mengurusi masalah seks orang lain.

pemeran serial Extracurricular Netflix
via Netflix

Apakah tidak ada yang lebih urgensi bagi negara ketimbang mengurusi masalah seks warga sipil? Inilah problematika yang coba dibenturkan Kim Jin Min selaku sutradara hingga membuat penonton perlu memikirkan ulang apakah benar seks tak butuh campur tangan orang lain seperti aparat. Perdagangan seks remaja atau anak di bawah umur memanglah salah dan perlu ditertibkan, tetapi apakah harus menyentuh tataran seks secara personal? Bukankah seks adalah privasi? Apa pentingnya mengetahui masalah seks apalagi orientasi seks orang lain?

Dokumenter berjudul Save My Seoul (2017) arahan Jason Y. Lee memperlihatkan bagaimana perdagangan seks remaja di Korea Selatan ditawarkan secara terbuka di rumah bordil, panti pijat, atau bilik salon seperti, Miari, yang menjadi salah satu red light distrik terbesar di Seoul. Serial Sex Education (2019) mencoba mempertontonkan bagaimana mengetahui seks sejak dini dirasa perlu demi mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi atas dasar ketidaktahuan dan keinginan untuk coba-coba.

Menekankan bahwa edukasi seks itu penting! Sementara, Extracurricular mengejawantahkan refleksi remaja Korea Selatan sekaligus menegasikan kehidupan glamor segelintir remaja-remaja beruntung Korea Selatan yang masuk dalam jajaran industri-indusri seni dengan pendapatan finansial yang menjanjikan.

Nam Yoon-su dan Da-bin Jung
via Netflix

Meski, serial ini tidak memperlihatkan para pekerja seks bekerja secara visual seperti yang dijelaskan sebelumnya, serial ini terbilang cerdas tanpa terkesan menggurui. Tak berpihak pada statement manapun dalam mengakhiri season perdananya ini. Open ending yang dihadirkan pada episode terakhir membuat penonton memutuskan sendiri bagaimana seharusnya bersikap dan menentukan arah pasca menonton Extracurricular.

Menentukan sendiri apakah benar urusan seks seseorang adalah privasi atau konsumsi orang lain? Mengkaji ulang apakah benar membicarakan seks adalah taboo di era serba keterbukaan ini? Atau, apakah sudah saatnya membicarakan seks seperti membicarakan permasalahan amoral negara di lepau-lepau atau kedai kopi?

  

Avatar photo
Mahareta Iqbal
Articles: 7

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *